Dari generasi ke generasi selalu punya genre musik yang digandrungi di masanya. Kalau di jamannya orang tua saya, suka lagu-lagu cengeng. Kayak lagunya Dian Pisesa yang kasetnya di rumah nggak tau sampe berapa volume. Atau Hetty Koes Endang, Vony Sumlang, Endang S Taurina, Edi Silitonga, Betharia Sonata atau grup band Panbers, Koesplus, D’Dlloyd dan nggak tau siapa lagi. Sangkin banyaknya saya sampai lupa.

Nah kalau saya generasinya udah bukan lagi genre musik yang mendayu-dayu ngajak turu. Tapi generasi musik gunjrang gunjreng. Atau yang dikenal musik rock, metal, heavy metal, alternative dan entah apalagi jenisnya. Kita bisa ambil contoh seperti di tulisan Mas Trihito >> Yang Tetap Bersinar dari 90’s Rock!.

Dulu tuh yaaa, gaya nya pada urakan semua. Gaya ala rockstar. Mulai dari celana rombeng, belel, dekil en de kumel, sampai rambut gondrong nggak pernah dikeramas (eh..). Pokoknya semakin letek dan kucel itu berarti semakin keren.

Kalau sekarang? Saya sungguh takjub dengan mewabahnya KPop ataupun JPop. Anak remaja sekarang, mayoritas nge-fans sama boyband ataupun girlband. Dan nggak cuma hapal lagunya sodara-sodara tapi mereka juga hapal gerakan tariannya alias koreonya. Sungguh ruaarrr biasaaaa. Dan penampilannya juga lebih rapi, lebih fashionable, lebih bersih dan kadang terlihat kurang garang.

Beda banget dibandingkan jaman saya masih unyu-unyu, temen cowok saya alergi banget suka sama yang namanya NKOTB (New Kids On The Block). Atau kalau toh ada yang suka, pasti nggak kan mengakuinya dan nggak kan bilang siapa-siapa. Mereka pada takut diledekin.

1387354487272951311

Saya terpana saat kemarin saya dapat kesempatan menghadiri sebuah acara dengan bintang tamunya JKT48. Jadi acara itu adalah acara final sebuah kompetisi basket. Para penggemar JKT48 sudah memadati tempat duduk penonton sejak jam 3 sore. Padahal JKT48 tampil jam setengah 10 malam. Dan itu yang dateng mayoritas cowok-cowok dooong. Yah boleh dibilang 90% lah penontonnya cowok.

13873565352039813953

Kemudian pas JKT48 akhirnya tampil, yang bikin saya ternganga bukan JKT48 nya tapi melainkan para cowok itu menari mengikuti gerakan JKT48. Dan mereka hapal semua. Oh nooooooooooo….

1387354637798328244

Saya jadi membandingkan saat saya nonton konser musik rock, rata-rata penonton hanya lompat-lompat nggak keruan sambil ngibas-ngibasin rambut gondrong penuh ketombe (eh.. hihihi). Sungguh pemandangan yang jauh berbeda.

Kalau anda pernah nonton acara Tembang Kenangan dulu di Indosiar, lagunya kebanyakan sendu, mendayu dan terharu. Dulu waktu saya masih nge-kos. Saya dan temen-temen kos saya ngebayangin, gimana nanti jaman kita udah tua, dan tembang kenangannya lagu-lagu rock, nggak usah yang nge-rock banget, yang biasa-biasa aja kayak Metalica atau Guns n Roses. Terus yang nonton udah tua-tua, jejingkrak-an sambil ngibas-ngibasin rambut yang ubanan. Nggak kebayang gimana bentuknya.

13873547621848037433

Begitu kemarin, setelah saya melihat anak-anak jaman sekarang menari ala boyband dan girlband, saat masa tua mereka, terus hadir di acara Tembang Kenangan, menari-nari ala boyband dan girlband. Sungguh pasti lucu banget. Belum penyanyinya sendiri masih bakalan joget-joget kayak sekarang nggak ya?! Hihihi.

13873548481233597334

Setiap generasi memang punya masanya sendiri, entah generasi sesudah KPop dan JPop ini akan ada generasi model apalagi. Karena itulah hidup menjadi penuh warna. (eaaa bahasanya lagi kayak orang bener..)

_____

Yukkk nonton JKT48 bareng @KoplakYoBand

_____

Baca juga tulisan saya tentang JKT48 >> Kesengsem JKT48

______

Tulisan ini sudah pernah saya tayangkan di Kompasiana >>

Tersebutlah kisah tentang perkumpulan orang-orang yang menamakan kelompoknya GARING. Mendengarnya saja sudah bikin anda males apalagi begitu anda mengetahui kepanjangannya. Mau tau nggak? Nggak ada yang mau tau ya? Ya udah deh saya kasih tempe aja.. #eh..

Namun berhubung saya orangnya baik hati, nggak pada mau tau pun, saya beri tau. GARING itu kepanjangannya aGAk MIring. Pada kecewa ya sama kepanjangannya? Yah nama juga GARING.

Di dalam kelompok ini ada yang namanya Iyang Kamal dan Helmi Kamal. Di awal nya anggota lain nggak pernah tau kalau mereka punya nama belakang yang sama. Karena saat kenalan, Iyang Kamal mengaku bernama Iyang Djadoel sedang Helmi Kamal bernama Babeh Helmi.

Hingga suatu ketika di pagi yang muram rada temaram namun tak suram, mereka diketahui berulang tahun di tanggal yang sama. Mereka tampak terkejut, seakan tak percaya. Akhirnya pun diketahui lah nama belakang mereka pun sama. Iyang Kamal dan Helmi Kamal.

Saat menentukan tahun lahir Iyang dan Helmi merasa tak ada yang sepakat. Iyang mengatakan tahun 87. Helmi bilang lahir tahun 78. Sebenernya sih nggak masalah ya sama tanggal dan bulan lahir tapi beda tahun lahir. Hanya saja masalahnya mereka jadi merasa bahwa mereka adalah saudara kembar yang terpisah.

Karena menurut teman-teman mereka, “kalau dipikir-pikir kalian itu mirip banget satu sama lain. Kayak pinang dibelah clurit. Kalau istilah bulenya “twin mirror””. Namun sayangnya itu hanya dalam pikiran mereka, kalau dalam pandangan mereka tentu jaooooooh kemana-mana kaleeeee…. Hihihi.

Rasa penasaran Iyang Kamal dan Helmi Kamal sudah tak terbendung, bertanyalah mereka kepada orang tua masing-masing, apakah mereka terlahir kembar? Seinget orang tua mereka, tak ada yang merasa punya anak kembar.

Penyelidikan pun berlanjut, dan tak disangka-sangka, cimpedak berbuah nangka, bahwa ternyata dukun beranak yang membantu kelahiran mereka pun adalah orang yang sama. Namanya Mbah Sulistyaningtias Supratman atau biasa dipanggil Mbah Sulis.

Mbah Sulis ini menurut cerita orang-orang dulu, suka banget menambahkan nama Supratman dibelakang namanya. Selidik punya selidik ternyata Mbah Sulis bangga tanggal lahirnya sama dengan WR Supratman.

Sementara itu Iyang Kamal dan Helmi Kamal dengan bantuan kecil dari Dessy Urbach, menemukan kediaman Mbah Sulis. Mbah Sulis tampak sudah sepuh. Dulu waktu membantu kelahiran mereka berdua, Mbah Sulis juga sampun sepuh sanget. Sekarang berarti sampun sepuh sanget nget nget nget.

Lalu terjadilah fragment berikut:

Iyang Kamal: apakah Mbah Sulis pernah membantu kelahiran anak kembar di tanggal segitu?

Mbah Sulis Supratman: walah kalo mbantu kelahiran anak kembar yo mesti sering, tapi yo mbah uwis lali tanggale tanggal piro.

Helmi Kamal: atau di tahun 78 atau 87?

Mbah Sulis Supratman: walah ndok ndok, mbah wae lali og saiki taun piro? Saiki masih jaman kumpeni opo uwis jaman kpop?

Iyang Kamal: atau si Mbah pernah memisahkan bayi kembar karena alasan tertentu.

Mbah Sulis Supratman: oh yo sering. Kalau kembare lanang wedhok yo mesti di pisah. Aturannya begitu.

Helmi Kamal: waduh Mbah jangan-jangan saya emang kembar lagi sama Iyang. Soalnya kita sering mimpi yang sama. Waktu itu saya mimpi lagi di jamban ada yang gedor-gedor. Dan Iyang mimpi lagi gedor-gedor orang lagi di jamban. Katanya orang kembar suka mimpi yang sama. Lagian kita kelihatan mirip kan Mbah.

Mbah Sulis Supratman:: wanda’ tau jee.. wong si Mbah uwis rabun.

Iyang Kamal dan Helmi Kamal pun bertanya ke asisten Mbah Sulis yaitu Budhe Tyas Koesnaedi: Menurut Budhe gimana? Kami kembar apa nggak?

Budhe Tyas Koesnaedi: tahun lahirnya sama ndak tho?

Iyang Kamal: saya tahun 87, Helmi tahun 78.

Budhe Tyas Koesnaedi: Yo wis tho brarti ra kembar.

Helmi Kamal: ya sapa tau tahun lahirnya typo, lah angka nya aja kebalik gitu.

Budhe Tyas Koesnaedi: hmm mungkin juga. Tapi kan kalian nggak mirip.

Iyang Kamal: kata teman-teman kami mirip Budhe.

Budhe Tyas Koesnaedi: Nggak mirip ah, tapi tampaknya Helmi kembar identik sama Titi Kamal. Mirip sekali.

Iyang Kamal dan Helmi Kamal: Haaaaah????

Budhe Tyas Koesnaedi: Dia juga lahir tanggal segitu.

Iyang Kamal dan Helmi Kamal: Haaaaah lagi…

Mbah Sulis Supratman: jangan percaya sama Budhe, lah wong dia matanya luwih parah rabune dari si Mbah.

Iyang Kamal dan Helmi Kamal: semaput

Mbah Sulis Supratman: Sudah gini aja si Mbah putuskan Iyang Kamal dan Helmi Kamal saudara kembar dari Titi Kamal

Iyang Kamal dan Helmi Kamal: Haaaaah???? Semaput maniiing…

_____

Lagi ada yang mau ntaktir @KoplakYoBand… *sebar isyuuu*

_____

Tulisan ini sudah pernah saya tayangkan di Kompasiana >> http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/12/07/kembar-yang-tertukar-614381.html