Sepanjang hidup, saya dikelilingi oleh asap rokok. Dari lahir sudah akrab dengan asap rokok, karena ayah saya perokok. Beranjak remaja, teman saya yang mayoritas lelaki semua merokok. Setelah dewasa, semakin banyak punya teman perokok dan di rumah nambah satu lagi perokok, yaitu adik laki-laki saya. Kemudian saya menikah dengan suami yang perokok juga. Boleh dibilang saya perokok pasif yang sangat aktif.

Dulu saya menganggap, merokok hanya sekedar pembuktian diri seorang lelaki terhadap kelaki-lakiannya. Hanya belakangan saya mulai melihat banyak perempuan merokok dengan berbagai alasan. Saya jadi teringat dengan novel John Grisham yang berjudul “The Runaway Jury” atau dalam versi terjemahannya berjudul “Juri Pilihan”.

Dalam novel itu menceritakan bagaimana seorang juri bisa mengambil keuntungan besar pada kasus gugatan seorang penderita kanker paru-paru terhadap perusahaan rokok, dan sekaligus bisa menentukan vonis akhir dari kasus tersebut.

Yang menarik dalam novel ini, bagaimana sang penulis bisa menceritakan secara detail seputar rokok itu sendiri. Bahwa ada suatu tim yang didanai oleh beberapa perusahaan rokok untuk kasus-kasus gugatan terhadap perusahaan mereka, yang walau pun hanya satu perusahaan yang di gugat akan berefek pada perusahaan rokok yang lain.

Salah satu pernyataan saksi ahli yang menarik, “Rokok mengakibatkan ketergantungan. Tanyakan pada perokok mana saja yang pernah mencoba berhenti. Sementara industri itu menyatakan bahwa merokok adalah pilihan bebas. Omong kosong khas perusahaan rokok.”

Ada juga pernyataan saksi ahli lainnya, “Perusahaan-perusahaan rokok punya garis kebijaksanaan bersama; saya bantu merumuskan. Bunyinya kurang lebih begini; para perokok memilih kebiasaan tersebut. Jadi ini soal pilihan. Rokok tidak menimbulkan kecanduan, tapi hei, meskipun seandainya benar demikian. tidak ada yang memaksa siapa pun untuk merokok. Ini semua masalah pilihan bebas.”

Kemudian si saksi ahli membeberkan lebih banyak lagi hasil penelitiannya, yang saya yakin akan menyebabkan anda cukup bergidik. Dan bagaimana usaha-usaha penelitian yang dibuat oleh perusahaan rokok yang mengeluarkan biaya milyaran rupiah untuk membantah berbagai penelitian.

Terus terang saya tidak tahu itu novel  mendekati realitas atau tidak. Yang pasti kita sama-sama tau merokok memang bahaya.  Sementara berhenti merokok pun tak mudah. Menurut saya kampanye yang tepat mungkin bukan “berhenti merokok” tapi “merokok bukan hal yang perlu dicoba”. Namun sekali lagi tak mudah menghindari memulai rokok terutama untuk anak usia remaja.

Bila kita kembali bicara soal novel The Runaway Jury, disana dikatakan bahwa target iklan perusahaan rokok adalah anak remaja dibawah 18 tahun. Dengan berbagai pemikat mulai dari iklan yang menampilkan ketangguhan, keperkasaan, kecerdasan bahkan kepedulian. Dan iklan-iklan itu sangat gencar memborbardir berbagai media, mulai dari televisi, radio, media cetak dan baliho, papan iklan, spanduk, banner bergelimpangan di sudut-sudut jalan. Walau tanpa menampilkan wujud rokoknya.

Novel itu menjadi sangat masuk diakal, saat kita melakukan perjalanan kemanapun, bahkan sampai ke desa-desa, iklan rokok ada dimana-mana. Semakin sulit untuk mencegah orang untuk memulai rokok pertamanya. Apalagi memintanya untuk berhenti merokok.

Namun penutupan perusahaan-perusahaan rokok pun tampaknya bukan solusi. Karena banyak tenaga kerja yang akan kehilangan mata pencahariannya dan juga penurunan devisa negara yang luar biasa. Seperti tulisan yang dilansir di situs Kementerian Perindustrian dan Perdagangan berikut: Sepanjang 2012, Industri Rokok Ditargetkan Sumbang Devisa Rp 75 Triliun. Gila kaaaan…??!!!

Kesimpulan saya, berhenti merokok bukan pekerjaan mudah. Mencegah merokok pun bukan pilihan mudah.

____

Sebagai catatan: novel The Runaway Jury telah difilmkan. Tapi saya kecewa dengan filmnya, karena kasus yang diangkat bukan gugutan terhadap perusahaan rokok tapi pada perusahaan senjata. Pembuat filmnya mungkin tak cukup berani untuk itu.

13697492941615196330

____

Bukan dalam rangka ngerokok dan ngupi bareng di warkop @KoplakYoBand