Berhubung saya sering menulis seputar jamban, jadilah saya dinobatkan sebagai duta jamban. Oleh siapa? Yah siapa lagi kalau bukan orang-orang iseng, yang ngerasa senasib, tapi malu-malu ngakuin kalau ngalamin hal yang sama.

Nah sebagai duta jamban, saya selalu dishare tulisan ataupun berita seputar jamban dengan berbagai keunikan dan permasalahannya. Kemarin pun saya terima link dari salah satu orang iseng tentang berita berikut ini: Bank Dunia: 57 Juta Orang Indonesia BAB Sembarangan. Wow fantastis, ternyata penduduk Indonesia masih banyak yang belum punya jamban yang layak.

Tidak mempunyai jamban yang layak, artinya sanitasinya buruk. Padahal sanitasi yang buruk memiliki dampak pada kesehatan seperti penyakit diare, tifus, polio dan cacingan. Dan ini tidak main-main, menurut sebuah diskusi dalam acara Toilet Day, Kurang memadainya sanitasi dasar adalah pembunuh berantai tersembunyi yang menargetkan kalangan yang paling rentan, sehingga hampir setiap 20 detik, seorang anak meninggal dunia karena penyakit yang diakibatkan sanitasi buruk. Jumlah ini lebih besar daripada kematian yang diakibatkan oleh AIDS, malaria dan campak jika digabungkan.” (Baca selengkapnya: Setiap 20 Detik, Satu Anak Meninggal Dunia Akibat Sanitasi Buruk).

Ini artinya perkara jamban bukan perkara sepele, sampai-sampai Bank Dunia memberikan perhatian khusus untuk masalah ini. Tapi bukan berarti juga pemerintah tinggal diam. Upaya-upaya sudah dilakukan seperti Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat, Sanitasi Berbasis Masyarakat dan lain-lain.

Namun mengapa masih 57 juta orang Indonesia yang BAB (Buangan Air Besar) sembarangan? Sementara seperti dilansir dalam berita berikut: Indonesia Rugi Rp 67 T per Tahun Akibat Sanitasi Buruk. Menurut Nugroho Tri Utomo, Direktoran Permukiman dan Perumahan (pada 19/11/2012), Dari hitung-hitungan kami, kerugian sanitasi buruk untuk satu keluarga kurang lebih besarnya Rp1,3 juta per tahun. Ini dilihat dari biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, karena kesehatan anggota keluarganya terganggu.”

Artinya hal ini perlu perhatian khusus, yang bukan sekedar wacana dan keprihatinan. Saya sadar betul perkara jamban bukan perkara populer yang bisa dijual oleh para Caleg maupun Capres pada 2014 ini. Saya sungguh berharap ada Capres 2014 yang menjadikan masalah jamban masuk dalam salah satu programnya.

Karena menurut saya, generasi yang sehat dan kuat, berawal dari jamban yang sehat. Sehingga Capres 2014, harus memperhatikan masalah jamban ini secara serius. Bukan hanya sekedar menjadi program rutinitas tanpa pemikiran untuk menuntaskan masalah ini segera.

Hanya Capres yang peduli jamban, yang bakal saya pilih.

____

Mari nyoblos bareng @KoplakYoBand dari jamban yang sehat.

___

Tulisan ini sudah pernah saya tayangkan di Kompasiana >> http://green.kompasiana.com/polusi/2014/04/14/pilih-presiden-yang-peduli-jamban-647531.html