Hari kedua tujuan wisata aku masih mengunjungi lokasi yang tidak jauh dari kampung aku Lintau Buo Utara, yaitu ke Danau Biru, yang terletak di Talawi, Sawahlunto. Danau Biru ini bekas area pertambangan batubara. Sejak zaman Hindia Belanda, Kota Sawahlunto memang dikenal dengan kota tambang batubara. Dan di sini, banyak sekali bangunan peninggalan Hindia Belanda sehingga Pemkot Sawahlunto mencanangkan pariwisata “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”.
(Tugu yang Unik)

Sebelum mengekspos Danau Biru lebih lanjut, aku ingin cerita tentang tugu yang unik di Desa Atar. Jadi kalau dari kampung aku menuju Sawahlunto, akan melalui Desa Atar. Ada yang unik di desa ini, karena kita akan disambut oleh Tugu Fotokopi. Pasti pada heran, kok bisa ada Tugu Fotokopi? Memangnya yang menemukan mesin fotokopi berasal dari Desa Atar? Bukan, bukan karena alasan itu. Tapi karena warga Desa Atar yang merantau, sekitar 90% di antaranya punya usaha fotokopi. Dan rata-rata sukses dengan usaha fotokopinya yang secara berkelanjutan mengajak warga lain untuk ikut merantau dengan ikut usaha fotokopian. Sungguh warga perantauan yang unik.

(Loket masuk Danau Biru)

Kembali ke Danau Biru. Obyek wisata ini baru dibuka awal tahun 2016. Itu pun jadi ngetop gara-gara banyak yang foto-foto di sini dan di-share di media sosial. Jika kita cari di Google, Wikipedianya pun belum ada. Entah sudah diaku oleh Pemkot Sawahlunto entah belum.

(Masih seperti inilah kondisi jalan menuju ke Danau Biru)

Untuk melihat sesuatu yang indah dan belum terjamah itu emang butuh perjuangan. Eh belum atau sudah ya? Karena daerah ini sudah terjamah pertambangan sejak zaman dahulu kala, namun belum terjamah wisatawan, terutama wisatawan yang suka dengan wilayah yang unik dan menyajikan pesona yang luar biasa.

(Berasa ikutan Marlboro Adventure)

Jalan menuju ke lokasi Danau Biru menanjak terus karena memang letaknya di atas gunung. Selain jalan yang menanjak terus, di beberapa kilo terakhir jalannya sudah tak beraspal. Berasa ikutan adventure salah satu merek rokok Amerika. Jalannya bener-bener parah. Harus mempersiapkan kendaraan dengan baik, termasuk jangan lupa bawa ban cadangan. Kemarin pas aku ke sana, pas lagi panas banget, jadi bisa dibayangkan debunya. Tapi sepertinya kalau hujan juga lebih parah, bisa dibayangkan beceknya kayak apa.

(Pemandangan sisa-sisa pertambangan)

Di area menuju Danau Biru ini, banyak terlihat sisa-sisa pertambangan, yang anehnya bila difoto terlihat menarik. Karena lokasi wisata ini sepertinya belum terjamah oleh Pemkot Sawahlunto, jadi perjalanan menuju ke sana penuh perjuangan dan masih berantakan sekali. Juga kalau ke sini aku sarankan bawa bekal makanan karena belum banyak pedagang. Baru ada pedagang yang jual minuman dan gorengan. Itu pun mereka pukul sore sudah bubar karena tempat ini jauh dari pemukiman penduduk dan masih sepi sekali. Jadi, kalau malam sudah pasti gelap karena aku nggak melihat ada penerangan yang memadai untuk malam hari. Sudah pasti serem.

(Panorama Danau Biru yang menakjubkan)

Namun, saat sampai di lokasi yang dituju, sungguh takjub. Nggak sia-sia perjuangannya. Karena pemandangan yang dapat dinikmati luar biasa. Pas sampai rasanya mau berendam di danau. Tapi kok ragu-ragu. Boleh nggak ya… Soalnya nggak ada yang berenang. Cuma kata pedagang di sana, nggak apa-apa kok main air danaunya. Cuma selain ragu-ragu, juga perut sudah keroncongan. Karena kita nggak tahu, nggak ada yang dagang makanan. Jadi kami terlanjur nggak bawa bekal makanan. Ya sudahlah sampai di sana, cuma foto-foto narsis, sambil mengagumi pemandangan yang fantastis ini. *lebay yo ben

(Sebagai penutup, seperti biasa edisi narsis)

Oh iya bagi yang nggak kuat panas-panasan, jangan lupa bawa payung. Kalau perlu payung ala-ala “Little Missy”, biar jadi syantiek kalau difoto. *eaaaa :p. Dan karena sudah kelaperan berat, jadi kami nggak jadi mampir ke Nagari Pariangan, Tanah Datar, yang merupakan Desa Terindah versi Majalah Travel Budget. Di desa tersebut, semua bangunan masih mempertahankan keaslian budaya Minang.

Begitulah sedikit kisah wisata ke Danau Biru, nantikan kisah selanjutnya wisata ke Pulau Pagang.

….

Dalam rangka manas-manasin @KoplakYoBand yang katanya mau piknik, nggak jadi-jadi.

….

Semua foto koleksi pribadi

….

Sebelumnya:

[Wisata Sumbar] Kelok 9 Tak Cukup Hanya Dilewati

[Wisata Sumbar] Pemandangan Eksotis di Lembah Harau

Selanjutnya:

[Wisata Sumbar] Pulau Pagang Bagaikan Miniatur Surga

[Wisata Sumbar] Pesona Pulau Pasumpahan Dibalut Ketegangan

[Wisata Sumbar] Sensasi Bermalam di Hutan Belantara